Rabu, 16 Desember 2009

KELOMPOK 11

KELOMPOK 11

YANCE LAKI ENDI (080403010045)

NIXSON

YUDHA




STUDI KASUS DESKRIPTIF EFEKTIVITAS PELAKSANAAN

REGULASI PERIZINAN RUMAH SAKIT UMUM



ABSTRAK


Latar belakang: Dalam konteks good governance, pemerinta mempunyai peran penting dalam regulasi, yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pasien. Perizinan rumah sakit untuk rumah sakit pemerintah dan swasta merupakan salah satu aktivitas regulasi, terutama didelegasikan ke tingkat kabupaten.

Pendelegasian wewenang ini menimbulkan beberapa permasalahan, sehingga memerlukan evaluasi implementasinya di tingkat kabupaten.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepatuhan rumah sakit untuk memenuhi standar perizinan di Provinsi DIY.

Metode: Dilakukan penelitian studi kasus deskriptif dengan rancangan studi kasus terpancang, menggunakan observasi dan wawancara mendalam dalam pengumpulan datanya. Enam rumah sakit, terdiri dari dua rumah sakit kabupaten dan 4 rumah sakit swasta telah dipilih dari 1 kotamadia dan 1 kabupaten di DIY. Instrumen yang digunakan berupa cek-lis yang dikembangkan dari standar perizinan rumah sakit, terdiri dari empat komponen utama yaitu governance dan manajemen, hak pasien dan etika rumah sakit, pelayanan dan fasilitas fisik.

Hasil: Kepatuhan terhadap perizinan rumah sakit di rumah sakit pemerintah dan swasta tidak mencapai 100,0% seperti yang seharusnya dipersyaratkan. Dari keempat komponen yang dinilai, hanya komponen hak pasien dan etika rumah sakitlah yang mencapai tingkat optimal. Proporsi terkecil adalah pada aspek governance dan manajemen, yaitu 64,0%.

Kesimpulan: Meskipun rumah sakit belum memenuhi persyaratan perizinan, dua dari tiga rumah sakit swasta yang diteliti mempunyai izin dan satu diantaranya tidak mempunyai izin namun tetap operasional. Perizinan untuk rumah sakit pemerintah belum diatur, meskipun ketiganya belum memenuhi persyaratan. Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi perizinan rumah sakit belum efektif.

Kata Kunci: regulasi pelayanan kesehatan, perizinan rumah sakit, efektivitas, studi kasus






BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan metode studi kasus deskriptif, dengan rancangan multikasus terpancang. Alasan pemilihan studi kasus karena focus penelitiannya terletak pada fenomena-fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata, peneliti tidak memiliki peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, serta pokok pertanyaan penelitian ini berkenaan dengan mengapa dan bagaimana.3 Unit analisis dalam penelitian ini adalah dinas kesehatan kabupaten/ kota. Pemilihan dinas kesehatan di tingkat kabupaten dilakukan secara purposif, dengan kriteria kabupaten yang telah memiliki Perda perizinan sarana pelayanan kesehatan dan telah mengeluarkan izin sarana (Kabupaten Bantul), serta kabupaten yang belum memiliki Perda perizinan (kotamadia). Data yang disajikan pada makalah ini merupakan unit analisis terpancang pada tingkat rumah sakit. Pemilihan rumah sakit mempertimbangkan kepemilikan (swasta atau pemerintah) dan kelas (C dan D).

Alat penelitian yang digunakan adalah checklist/ instrumen perizinan rumah sakit untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap pemenuhan persyaratan dalam standar perizinan. Penilaian instrumen ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara terhadap pihak rumah sakit. Tim penilai terdiri dari tiga orang, dengan latar belakang fisik bangunan/arsitektur, manajemen rumah sakit, dan menangani regulasi pelayanan di dinas kesehatan provinsi. Dokumentasi berbentuk foto juga diambil untuk memperkuat data. Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif menggunakan proporsi pemenuhan terhadap persyaratan dalam standar perizinan rumah sakit.







RS

izin/Akreditasi


Kepemilikan


Tipe

RS


Jumlah

TT


BOR


LOS

hari)


TOI


GDR


NDR


1

2

3

4

5

6


-/-

+/-

-/+

-/+

+/+

-/-


ABRI

Swasta

Pemerintah

Pemerintah

Swasta

Swasta


C

D

C

C

D

D


65

50

124

131

111

16


59,34

29,60

56,00

65,13

63,23

56,21


5,01

3,90

4,90

4,57

3,49

4,05


3,40

8,80

3,00

2,20

2,90

3,28


0,96

1.68

40,70

26,30

2,62

2,63


0,74

0,00

18,10

8,40

0,02

0,00


Tabel 1. Data Karakteristik Enam Rumah Sakit yang Diteliti









HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sejumlah enam rumah sakit diteliti, 3 berada di wilayah kotamadia dan 3 berada di Kabupaten Bantul. Rumah sakit tersebut berimbang dalam hal kelas rumah sakit (C dan D), kepemilikan (pemerintah dan swasta), namun bervariasi dalam hal kapasitas tempat tidur. Terdapat rumah sakit yang kapasitas tempat tidurnya tidak memenuhi persyaratan minimal (yaitu hanya 16 tempat tidur). aspek yang lain belum memenuhi, dengan pencapaian terendah pada governance dan manajemen.


PEMBAHASAN


Lisensi (perizinan) adalah suatu proses pemberian izin oleh pemerintah kepada individu dan/ atau lembaga pelayanan kesehatan untuk melaksanakan misinya. Regulasi lisensi dikembangkan untuk menjamin bahwa individu dan/ Dari enam rumah sakit yang diteliti, tidak satu pun rumah sakit yang 100% memenuhi persyaratan perizinan rumah sakit, dengan variasi antara 78% - 90%, terendah di rumah sakit enam. Tampak bahwa kesenjangan antarrumah sakit yang terbesar terdapat pada aspek governance dan manajemen (antara rumah sakit 4 dan 6), dan aspek pelayanan dan klasifikasi rumah sakit (antara rumah sakit 3 dan 6). Di antara enam rumah sakit tersebut, rumah sakit keenam hanya mencapai lebih kurang separoh dari persyaratan pada aspek governance dan manajemen serta pelayanan.

Apabila dilihat dari empat aspek dalam komponen standar perizinan rumah sakit, maka

aspek sosial, hak pasien dan etika rumah sakit telah memenuhi persyaratan perizinan, sedangkan ketiga atau lembaga pelayanan kesehatan tersebut telah memenuhi standar minimal untuk melindungi keselamatan publik dan tenaga kesehatan.

Perizinan rumah sakit merupakan regulasi eksternal yang diterapkan bagi seluruh rumah sakit (pemerintah ataupun swasta) yang bertujuan untuk melindungi keselamatan masyarakat melalui penerapan standar input minimal yang harus dipenuhi sejak pendirian, penyelenggaraan hingga monitoring rumah sakit, serta untuk menetapkan bahwa pihak yang mengajukan izin pendirian rumah sakit mempunyai kualifikasi, latar belakang dan sumber daya yang memadai untuk memenuhi standar tersebut.

Berdasarkan pemahaman di atas, seharusnya seluruh lembaga pelayanan yang operasional mempunyai izin, lembaga pelayanan yang berizin mampu memenuhi persyaratan perizinan, sedangkan bagi yang belum memenuhi persyaratan tentunya belum memperoleh izin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak seluruh rumah sakit yang telah operasional mempunyai izin dan rumah sakit yang berizin pun belum dapat memenuhi 100% persyaratan perizinan. Rerata kepatuhan tertinggi justru terdapat pada rumah sakit umum milik pemerintah (90,43%) dan terendah di rumah sakit milik swasta (71,77%). Padahal selama ini kebijakan

atau peraturan perizinan rumah sakit adalah bagi rumah sakit swasta. Perizinan bagi rumah sakit

pemerintah, justru belum diatur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa implementasi regulasi perizinan bagi rumah sakit umum swasta pun belum efektif, baik secara administratif maupun dari aspek pemenuhan standarnya.

Di antara enam rumah sakit tersebut, tiga rumah sakit dengan tingkat kepatuhan tinggi (yaitu RS 3, RS 4 dan RS 5) adalah rumah sakit yang telah terakreditasi oleh KARS (dua RS pemerintah dan satu rumah sakit swasta). Hal ini dapat menjelaskan mengapa tingkat kepatuhannya relatif tinggi. Meskipun demikian, menarik untuk dicermati bahwa ketiga rumah sakit tersebut pun belum dapat mencapai 100% persyaratan dalam standar perizinan rumah sakit.

Izin suatu pelayanan kesehatan bias diterbitkan setelah dilakukan kunjungan inspeksi

dan ternyata memang sebuah pelayanan kesehatan tersebut telah memenuhi persyaratan

ataupun standar perizinan maka izin untuk melakukan pelayanan kesehatan bisa segera

diterbitkan. Tahap berikutnya setelah izin diterbitkan adalah melihat proses pelayanan dan

menilai kinerja institusi pelayanan kesehatan tersebut, sehingga diperlukan mekanisme evaluasi

dan monitoring yang harus selalu dilakukan secara rutin dan berkala untuk mengetahui apakah proses penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut masih tetap memberikan pelayanan sesuai standar atau ada perubahan dalam perjalanannya.

Walshe menyatakan bahwa peran regulasi pelayanan kesehatan meliputi direction, detection, dan regulatory enforcement. Direction bertujuan

untuk mengarahkan fungsi pelayanan kesehatan melalui penyusunan, penetapan, dan diseminasi standar. Detection adalah kegiatan penilaian atau pengukuran kinerja pelayanan kesehatan dengan cara inspeksi, monitoring laporan, dan investigasi, sedangkan regulatory enforcement dilakukan dengan penerapan sanksi, pembatasan layanan, denda, maupun intervensi manajemen. Ketiga unsur tersebut harus ada dalam suatu system regulasi pelayanan kesehatan.

Dengan demikian, perizinan tidak hanya dilakukan pada awal mulainya suatu rumah sakit

(izin pendirian dan izin penyelenggaraan), akan tetapi perlu dikembangkan pula mekanisme dan

persyaratan untuk monitoring perizinan. Monitoring bermanfaat untuk mengetahui apakah setiap saat rumah sakit tetap memenuhi persyaratan perizinan serta apabila tidak lagi memenuhi persyaratan tersebut, harus diantisipasi mekanisme khusus bagi rumah sakit untuk melakukan tindakan koreksi tersebut. Sebagai contoh, rumah sakit keenam mempunyai kepatuhan yang terendah dalam memenuhi persyaratan perizinan serta tidak lagi memenuhi persyaratan kapasitas tempat tidur rumah sakit, namun tetap diperbolehkan untuk operasional.

Dalam kondisi demikian, perlu dipertimbangkan pemberian kembali izin operasional rumah sakit

dan kesempatan bagi rumah sakit untuk memperbaikinya. Di beberapa negara, pelayananpelayanan tertentu (seperti halnya rawat jalan) dapat tetap dilaksanakan, akan tetapi rumah sakit tidak dapat secara penuh memberikan pelayanannya, sampai dengan persyaratan perizinan dapat dipenuhi kembali. Berbagai mekanisme ini perlu dikembangkan dengan tujuan

tetap menjaga keselamatan pasien dan memberi kesempatan pada rumah sakit untuk perbaikan.

Agar peran regulasi pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara efektif, terdapat empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam desain dan implementasi regulasi.7,8 Faktor tersebut adalah informasi, kapasitas, otoritas dan konteks. Informasi terkait dengan pemahaman pihak regulator, pihak yang diregulasi, serta masyarakat terhadap standar dan prosedur, simetris tidaknya informasi yang dimiliki setiap pihak, umpan balik penilaian dan monitoring perizinan, serta transparansi informasinya. Kapasitas menyangkut ketersediaan sumber daya di pihak regulator, pemahaman dan keterampilan sumber daya manusia terhadap standar dan pelaksanaan penilaian, serta struktur organisasinya. Otoritas meliputi kejelasan mengenai

otoritas pihak yang meregulasi dan diregulasi, kejelasan antara peran pemerintah pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten), kredibilitas dan efektivitas sistem sanksi, kekuatan lembaga konsumen, media dan asosiasi profesi dan sumber-sumber konflik, sedangkan konteks dapat dikaitkan dengan konteks politik, sosial ekonomi dan budaya. Untuk melaksanakan Undang-Undang No. 32/20049 dalam konteks good governance di bidang kesehatan10, pemahaman departemen kesehatan, dinas kesehatan provinsi dan kabupaten terhadap faktor-faktor di atas dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas regulasi pelayanan.




















KESIMPULAN DAN SARAN


Melalui penilaian kepatuhan terhadap standar perizinan rumah sakit, penelitian ini menyimpulkan bahwa regulasi perizinan rumah sakit belum dilaksanakan secara efektif, baik di daerah yang telah memiliki Perda dan mengeluarkan izin sarana ataupun yang belum memiliki Perda. Untuk meningkatkan efektivitasnya, perlu diperhatikan aspek desain regulasi perizinan rumah sakit, informasi yang jelas tentang prosedur dan mekanisme perizinan bagi di pihak dinas kesehatan sebagai regulator dan rumah sakit, kapasitas dinas kesehatan kabupaten untuk melakukan survei dan monitoring perizinan, serta otoritas perizinan rumah sakit.





































KEPUSTAKAAN


  1. Gilson, L., & Thomas, S. Introduction: Intervening in The Public/Private Mix. In: Soderlund, Mendoza-Arana and Goudge (eds). The new Public/Private Mix In Health: Exploring

The Changing Landscape. Geneva: Alliance For Health Policy And Systems Research. 2003.

  1. Utarini, A. Alternatif Strategi Pelaksanaan Peran Regulasi Pascadesentralisasi Di Daerah. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2004; 7(2): 61-8.

  2. Yin, R.K. Case Study Research: Design and Methods. Sage Publications. London. 1994.

  3. Rooney, A.L., & Ostenberg, P.R. van. Licensing, Accreditation and Certification: Approaches To Health Services Quality. Quality Assurance Methodology Refinement Series. Quality Assurance Project, Bethesda MD, USA. 1999.

  4. Departemen Kesehatan. Draft Standar Perizinan Rumah Sakit Umum Klas B, C dan D. Departemen Kesehatan. Jakarta. 2005.

  5. Walshe, K. Regulating Healthcare. A Prescription for Improvement. Open University. Philadelphia. 2003.

  6. Hongoro, C., Kumaranayake, L. Do they work? Regulating For-Profit Providers in Zimbabwe. Health Policy and Planning. 2000; 15 (4): 368- 377.

  7. Soderlund, N., Tangcharoensathien, V. Health Sector Regulation – Understanding the Range of Responses from Government. Health Policy and Planning. 2000; 15(4): 347-8.

  8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 2004.

  9. Trisnantoro, L. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2004.












Minggu, 06 Desember 2009

Tugas Study kasus
Disusun Oleh :
Tsalits Dian W 080403010054
Tamamu Rony P.P 080403010024
Novian Farontek 080403010048

Pemanfaatan Sistem Informasi Pada PT Nutrifood Indonesia SBU Nutrisari

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin
Puji sukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah dapat selesai tepat pada waktunya. Salawat serta salam semoga selalu tercurah pada nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini mengangkat judul “Perencanaan Tata Letak Dari Fasilitas Produksi Pabrik”. Penulis menjelaskan tentang fungsi, tujuan, dan penerapan dari sistem informasi pada PT Nutrisari Indonesia, dimana sistem informasi itu tidak lepas dari keterkaitan antara Teknologi, Organisasi, dan Manajemen.
Makalah ini dalam penyusunannya dibantu oleh beberapa pihak maka penulis ingin mengucapkan terimakasih pada:
• Keluarga yang selalu mendukung dan tak pernah lupa mendoakan.
• Teman-teman yang selalu memberikan dukungan, dorongan, dan semangat kepada saya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat pada pembacanya.

Penulis

ABSTRAKSI

PT Nutrifood Indonesia merupakan inovator dalam produk - produknya, baik dalam penerapan inovasi produk maupun inovasi teknologi, sehingga menjadikan perusahaan tersebut memiliki pangsa pasar yang tinggi. Dengan penerapan mesin - mesin modern dan cara pengolahan yang inovatif, produksi yang dihasilkan akan lebih meningkat, sehingga dapat menunjang keberhasilan perusahaan. Harapan di atas kadang kala terbentur oleh berbagai masalah atau tidak sesuai harapan. Maka kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan manajemen teknologi (Technoware, Humanware, Infoware dan Orgaware) pada PT Nutrifood Indonesia belum optimal. Untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, produktivitas dan keuntungan, perusahaan perlu mengetahui sampai dimana tingkat teknologi yang dimiliki.
Hasil pengkajian indikator kemampuan teknologi perusahaan memberikan informasi bahwa pada PT Nutrisari Indonesia berada pada posisi diantara sebanding dengan pesaing di Indonesia dan terbaik di Indonesia dalam industri minuman serbuk aroma buah . Posisi ini tidak berbeda nyata dengan harapan perusahaan yaitu terbaik di Indonesia dan sebanding dengan pesaing internasional. Dalam mewujudkan visi misinya menjadi pemimpin pasar di negara berkembang untuk ketegori minuman serbuk diperlukan suatu komitmen dalam peningkatan kemampuan teknologi melalui peningkatan kemampuan operatif, akuisitif, pendukung dan inovatif.
PT Nutrisari Indonesia, untuk mencapai posisi pertumbuhan dan stabilitas dalam rangka penerapan strategi tingkat korporat (corporate strategy) pada saat ini, integrasi strategi teknologi dan strategi bisnis yang perlu dikembangkan pada PT Nutrisari Indonesia adalah strategi pengikut teknologi tinggi (technology follower strategy) dengan strategi unggul mutu dan unggul segmen pasar.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Ketika komputer memasuki pasar bebas sebagai sarana canggih maka kehadirannya menyumbangkan kontribusi kepada peningkatan dinamika kerja, baik di bidang administrasi ketatanegaraan, organisasi maupun di bidang bisnis. Semua tiba-tiba saja berubah disentak oleh revolusi dalam tata cara kerja dimaksud, yang sebelumnya dilakukan secara manual atau paling tinggi otomatisasi yang sangat elektrik-mekanik menjadi elektromagnetik. Sistem informasi manajemen yang tercipta akibat perkembangan ini mendorong keras perubahan mendasar di bidang manajemen, termasuk manajeman sumber daya manusia (human capital).
Kemampuan komputer yang demikian hebat selain mampu menyajikan informasi secara cepat dan akurat, mendorong pula pola pikir dan pola tindak para pemimpin dan pelaku bisnis. Mereka berpendidikan tinggi, percaya dengan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengaplikasikannya ke dalam sistim kerja organisasi maupun individu. Dunia seolah berputar dengan lebih cepat. Ketika orang belum mengenal komputer karena cakupan sosialisasi aplikasi komputerisasi kepada segenap pelosok dunia belum optimal, perkembangan teknologi di tahun tujuh-puluhan membuat kejutan lagi dengan proses perkawinan antara teknologi telekomunikasi dengan komputer yang membuat denyut kegiatan dunia berubah lebih cepat dan makin canggih.
Dewasa ini produk teknologi yang aplikatif mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, sehingga berbagai lapisan masyarakat banyak langsung menikmatinya sebagai gaya hidup dan kebutuhan baru, menyangkut bidang komputer, telekomunikasi, informasi, cara kerja baru, dan berbagai hal lain.
Dalam sistem informasi sangat berhubungan dengan pengetahuan dari organisasi, manajemen, dan yang terakhir adalah teknologi. 3 hal ini saling berkaitan dan berhubungan dan membentuk sesuatu yang disebut sistem informasi. Jadi dalam sistem informasi diperlukan pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan komputer dan teknologi efisien. Kemampuan dalam menggunakan koputer program yang berkaitan dengan komputer. Persoalannya bukan mengenai dipakai atau tidaknya komputer, tetapi dititikberatkan pada bagaimana berbagai proses yang berlangsung akan dikomputerisasikan. Sehingga timbulah sistem informasi berbasis komputer. Sistem informasi berbasis komputer adalah sistem informasi yang alat bantunya menggunakan komputer untuk efektivitas sistem atau organisasi. Pada sistem informasi berbasis komputer, subyek utama dari sistem tetaplah manusia yang mengetahui dengan tepat kebutuhan informasi, dan mengambil keputusan, bukanlah komputernya, yang hanya sebagai subsistemnya saja.
Potensi teknologi informasi sering dikaitkan dengan inovasi dan penciptaan pengetahuan.Kita dapat mengaitkan teknologi dengan aktivitas penciptaan pengetahuan melalui proses perolehan (akuisisi) dan konversi pengetahuan. Di dalam sebuah organisasi, proses ini bergantung kepada kemampuan manajemen mendorong para pegawai untuk berbagi dan memanfaatkan pengetahuan secara bersama. Selain itu, proses inovasi juga sangat ditentukan oleh kreatifitas para pegawai dalam memanfaatkan teknologi informasi. Pada masa-masa lalu, ada pandangan bahwa kreatifitas berasal dari teknologi itu sendiri atau dari perancang sistem, yang kemudian dipindahkan ke para pegawai lewat proses pelatihan intensif. Seakan-akan di dalam teknologi informasi sudah ada kreatifitas, sehingga para pemakainya akan tertular menjadi kreatif juga. Ini tentu pandangan yang terlalu teknologi-sentris.
Pandangan teknologi-sentris ini masuk akal pada saat kegunaan komputer masih terbatas dan dapat ditentukan secara spesifik, misalnya hanya untuk membantu pencatatan keluar-masuk barang. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang rutin dan sudah terpola secara baku, komputer boleh dikatakan "mendikte" perubahan dalam kecepatan dan efisiensi kerja para pegawai yang memakainya. Tetapi perkembangan teknologi informasi dalam kapasitas memory dan kecepatan pemrosesan telah melahirkan potensi-potensi baru yang menjadikan komputer semakin "pasrah" (malleable) dan luwes untuk dimanfaatkan secara lebih kreatif oleh pemakainya.
Sebagai teknologi yang luwes, maka teknologi informasi dapat menjadi menjadi fasilitator dari proses kreatif. Dalam hal ini kita harus memperhatikan bahwa setiap teknologi selalu memiliki dua komponen pengetahuan, yaitu "pengetahuan kesadaran" (awareness knowledge) dan "pengetahuan tata-cara penggunaan" (how-to knowledge).
Setiap teknologi mensyarakatkan bahwa pemakainya menyadari potensi teknologi tersebut dan memiliki gambaran tentang hal itu. Untuk menyadari potensi dalam sebuah teknologi diperlukan informasi lengkap tentang teknologi itu sendiri, sehingga komponen "pengetahuan kesadaran" ini sering disebut juga sebagai konteks teknologi --segala hal yang berkaitan dengan teknologi itu sendiri.
Sedangkan untuk memiliki "pengetahuan tata-cara penggunaan" diperlukan sekaligus pengetahuan tentang organisasi yang akan menggunakan teknologi dan potensi inovasi dari penggunaan teknologi tersebut. Pengetahuan kedua ini membentuk semacam konteks organisasi yang menentukan apakah sebuah teknologi dapat "tertanam" (embedded) dengan baik di unit-unit kerja yang menggunakannya.
Maka jika komputer adalah "teknologi inovasi", ia akan melalui tahap-tahap seperti ini:
Pertama, teknologi masuk ke sebuah organisasi dengan membawa pengetahuan yang "bebas" dari konteks organisasi itu. Pengetahuan ini akan bersinggungan dengan persepi para anggota atau pegawai organisasi. Masing-masing anggota ini dianggap memiliki potensi untuk melakukan inovasi.
Kedua, pengetahuan "bebas nilai" yang dibawa oleh teknologi dari dunia luar ke dalam organisasi itu akan diterjemahkan menjadi satuan-satuan pengetahuan lokal yang bersifat spesifik. Pada saat penerjemahan inilah terjadi dua kemungkinan, yaitu potensi inovasi di setiap unit terwujud, atau justru malah mati sama sekali.
Dapat kiranya dilihat dengan jelas pada kedua tahap di atas, bahwa sumber dari inovasi di dalam sebuah organisasi bukanlah pada teknologinya, tetapi pada pemakai teknologi itu (technology users), dan tahap kritis dari jadi-tidaknya inovasi ini adalah pada saat pemakai teknologi menerjemahkan konteks teknologi ke dalam pekerjaan mereka. Dilihat dari sisi pandang manajemen pengetahuan, kedua tahap di atas jelas memperlihatkan transformasi pengetahuan dari eksplisit ke tacit. Persoalannya sekarang, bagaimana manajemen memfasilitasi proses perubahan dari pengetahuan eksplisit menjadi tacit dan bagaimana fasilitasi ini dijadikan bagian tak terpisahkan dari instalasi sebuah teknologi, katakanlah dalam bentuk sebuah sistem informasi.
Lebih jauh lagi, manajemen juga harus memikirkan bagaimana transformasi dari pengetahuan eksplisit ke tacit menjadi sebuah proses kreatif yang mendorong inovasi di organisasi, dan bagaimana pengetahuan tacit di masing-masing pegawai dapat dipertukarkan secara bebas, dapat ditransfer lagi menjadi pengetahuan eksplisit yang akan disimpan sebagai memori organisasi.
Dengan cara pandang di atas, maka jelaslah bahwa "manejemen pengetahuan berbasis teknologi inovasi" mengharuskan organisasi mengubah strategi pengembangan sistem teknologinya. Konsep-konsep organisasi yang belajar (learning organization) dan organisasi yang berubah harus digunakan dalam pengembangan sistem, sehingga pengembangan sistem tidak melulu instalasi dan pelatihan pemakaian teknologi. Perhatian terhadap fasilitas untuk transformasi pengetahuan eksplisit ke tacit dan sebaliknya harus diberikan sama besarnya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi yang dihadapi perusahaan tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan manajemen teknologi produk minuman serbuk Nutri Sari di PT Nutrifood Indonesia, faktor - faktor apa yang mempengaruhi penerapan manajemen teknologi di PT Nutrifood Indonesia dan adakah alternatif pengembangan manajemen teknologi guna pengembangan usaha PT Nutrifood Indonesia sesuai dengan kemampuannya.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui arti dari sistem informasi manajemen
2. Mengetahui kaitan antaran organisasi, manajemen, dan teknologi dalam sistem informasi manajemen.
3. Mengetahui pentingnya peran sistem informasi manajemen dalam PT Nutrifood Indonesia SBU Nutrisari
4. Mengkaji penerapan komponen manajemen teknologi pada produk minuman serbuk Nutrisari di PT Nutrifood Indonesia.
5. mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen teknologi di PT Nutrifood Indonesia SBU Nutrisari.
6. merumuskan berbagai alternatif dan mengembangkan manajemen teknologi yang mungkin dilaksanakan sesuai dengan kemampuan PT Nutrifood Indonesia
7. Dapat membuka wawasan tentang sistem informasi manajemen.


Bab 2
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi

2.1.1 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen dapat diartikan sebagai kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh seorang manajer dalam kegiatan manajerialnya. Sehingga kegiatan manajerial yang dilakukan oleh manajer tersebut dapat dikatakan sebagai kegiatan proses manajemen. Proses tersebut bermula dari pembuatan perencanaan sampai pada pengadaan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektif atau tidaknya pelaksanaan rencanan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Secara menyeluruh, fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan/Planning :
Yaitu suatu usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan ini biasanya dituangkan dalam bentuk konsep atau suatu program kerja.
2. Pengorganisasian/Organizing :
Kegiatan yang meliputi penetapan struktur, tugas dan kewajiban, fungsi pekerjaan dan hubungan antar fungsi.
3. Penyusunan Staf/Staffing :
Termasuk didalamnya adalah perekrutan karyawan, pemanfaatan, pelatihan, pendidikan dan pengembangan sumberdaya karyawan tersebut dengan efektif.
4. Pengarahan/Directing :
Yaitu fungsi memberikan perintah atau arahan. Selain itu juga termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif.
5. Pengkoordinasian/Coordinating :
Yaitu fungsi mengkoordinir seluruh pekerjaan dalam satu totalitas organisasi pekerjaan. Pengorganisasian mengandung hal-hal sebagai berikut :
a. Sinkronisasi kegiatan
b. keterpduan kegiatan
c. menyelaraskan kegiatan
d. meruntutkan kegiatan
e. Mencegah overlaping dan kekosongan kegiatan
6. Pengawasan/Controling :
Fungsi yang memberikan penilaian, koreksi dan evaluasi atas semua kegiatan. Secara terus-menerus melakukan monitoring atas pekerjaan yang sedang dilakukan. Fungsi ini bertujuan untuk menyesuaikan rencana yang telah dicapai dengan pelaksanaan kegiatan. Hasil dari evaluasi pengawasan ini dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk kegiatan berikutnya.

2.1.2 Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :
1. G. R. Terry :
Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr :
Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O'Donnell :
Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4. Siagian :
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.

Fase Pengambilan Keputusan
1. Aktivitas intelegensia
Proses kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan keputusan dipilih atau tidak.
2. Aktifitas desain
Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia untuk mencapai tujuan. Aktifitas desain meliputi :
- menemukan cara-cara/metode
- mengembangkan metode
- menganalisa tindakan yang dilakukan
3. Aktifitas pemilihan
Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telah ditetapkan.Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilan keputusan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah utama
b. Menyusun alternatif
c. Menganalisis alternatif
d. Mengambil keputusan yang terbaik

2.1.3 Teknik Pengambilan Keputusan
1. Operational Research/Riset Operasi
Penggunaan metode saintifik dalam analisa dan pemecahan persoalan.
2. Linier Programming
Riset dengan rumus matematis.
3. Gaming War Game
Teori penentuan strategi.
4. Probability
Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal tidak normal.

Proses Pengambilan Keputusan
Menurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang dihadapi
2. Menganalisa problem tersebut
3. Menetapkan sejumlah alternatif
4. Mengevaluasi alternatif
5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan

Menurut Peter Drucher :
1. Menetapkan masalah
2. Manganalisa masalah
3. Mengembangkan alternatif
4. Mengambil keputusan yang tepat
5. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif

2.2 Definisi Organisasi
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara.
Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis). Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda.
Menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan menurut Chester I. Barnard, organisasi adalah sebagai suatu sistem aktifitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dari dua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah tempat kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara tegas organisasi ditandai oleh :
1. Adanya kelompok atau kumpulan orang yang saling terikat.
2. Adanya hubungan yang harmonis dalam kerjasama.
3. Hubungan kerjasama atas dasar penetapan hak, kewajiban dan tanggungjawan tertentu.
Dalam membentuk sistem mekanisme pengorganisasian ada beberapa tahap yang perlu untuk diperhatikan, yaitu :
a. Merinci pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Membagi beban kerja.
c. Mensinkronisasi pekerjaan
d. Menentukan mekanisme pekerjaan.
Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat ambil kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara anggota organisasi dengan rentang tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

2.2.1 Unsur - Unsur Organisasi
Ada sekitar 4 unsur yang dimiliki oleh suatu organisasi. Unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sebagai wadah atau tempat bekerja sama.
Dapat diartikan sebagai tempat atau kerangka mekanisme pendelegasian kekuasan dan tanggung jawab.
2. Sebagai proses kerja sama antara dua orang atau lebih.
Pembagain tugas agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
3. Adanya tugas atau kedudukan yang jelas
Adanya pengaturan dan pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab.


4. mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan yang telah ditetapkan menjadi suatu acuan dalam tugas untuk mencapainya.

2.2.2 Asas atau Prinsip Organisasi
1. Perumusan dan Penentuan Tujuan
Organisasi dibuat berdasar atas tujuan yang hendak dicapai.
2. Pembagian Kerja
Susunan organisasi dijabarkan dengan aspek pembagian kerja.
3. Pendelegasian Wewenang
Susunan dan struktur organisasi diatur sesuai alur pendelegasian wewenang. sehingga
ketegasan pertanggungjawaban jelas.
4. Koordinasi
Susunan organisasi diutamakan pada yang paling mungkin dan paling mudah
pengkoordinasiannya.
5. Efisinesi Pengawasan
Ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pengawasan yang efisien.
6. Pengawasan Umum
Agar pengawasan secara menyeluruh dapat mudah dilaksanakan.

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Organisasi
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan agar suatu proses pekerjaan yang dikehendaki dapat.mencapai tujuan yang telah diatur, disusun, ditetapkan. Semnetara itu, manfaat yang dapat diperoleh dari pengorganisasian ini adalah agar pelaksanaan. tugas dilakukan dengan lebih baik dan teratur, koordinasi pelaksanaan pekerjaan dapat lebih baik,pengawasan pelaksanan pekerjaan dapat efektif dan efisien dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.2.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah kerangka kerja formal organisasi dimana tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan (Robbins, 2003). Terdapat 4 komponen dasar yang merupakan kerangka dalam memberikan definisi dalam struktur organisasi (Child, 1972):
1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagiantugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu organisasi.
2. Struktur organisasi memberi gambaran mengenai hubungan pelaporan yang ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkatan hirarki serta besarnya rentang kendali dari semua pimpinan disemua tingkatan dalam organisasi.
3. Struktur organisasi menetapkan pengelompokkan individu, menjadi bagian organisasi, dan pengelompokkan bagian-bagian organisasi menjadi suatu organisasi yang utuh.
4. Struktur organisasi menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi, baik kearah vertikal maupun horisontal.

2.2.5 Visi dan Misi Organisasi
Visi
Visi menggambarkan tujuan atau kondisi dimasa depan yang ingin dicapai. Visi memberikan gambaran yang jelas dimasa mendatang yang bisa dilihat oleh customer, stakeholders, dan employee.
Pernyataan visi yang bagus tidak hanya menginspirasikan dan menantang, namun juga sangat berarti sehingga setiap pegawai bisa menghubungkan tugas yang dilakukanya dengan visi. Pernyataan visi harus mampung menjadi inspirasi dalam setiap tindakan yang dilakukan setiap pegawai. Yang paling penting pernyataan visi harus measurable, terukur sehingga setiap pegawai bisa mengetahui apakah tindakan yang dilakukannya dalam rangka mencapai visi organisasi atau tidak.
Pernyataan visi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Succinct
Pernyataan visi harus singkat sehingga tidak lebih dari 3-4 kalimat.
b. Appealing
Visi harus jelas dan memberikan gambaran tentang masa depan yang akan memberikan semangat pada customer, stakeholder dan pegawai.
c. Feasible
Visi yang baik harus bisa dicapai dengan resource, energi, waktu. Visi haruslah menyertakan tujuan dan objective yang strecth bagi pegawai.
d. Meaningful
Pernyataan visi harus bisa menggugah emosi positif pegawai namun tidak boleh menggunakan kata-kata yang mewakili sebuah emosi.
e. Measurable
Pernyataan visi harus bisa diukur sehingga dimungkinkan untuk melakukan pengukuran kinerja sehingga setiap pegawai bisa mengetahui apakah visi sudah bisa dicapai atau belum. Sebagai contoh visi SCTV “satu untuk semua” yang berarti acara-acara SCTV harus bisa dinikmati semua kalangan, semua umur mulai balita sampai manula, cukup dengan melihat SCTV kebutuhan orang terhadap informasi & hiburan dan lain-lain bisa dipenuhi.

Misi
Pernyataan misi yang baik haruslah memenuhi beberapa kriteria seperti berikut:
a. Simple and Clear
Pernyataan misi harus dicukup diwakili oleh 2-3 pernyataan saja. Semua pernyataan tersebut harus sederhana dan jelas dimengerti serta tidak menggunakan jargon-jargon organisasi.
b. Broad and long-term in future
Pernyataan misi organisasi harus cukup luas mengakomodasikan perkembangan organisasi di masa mendatang. Misi organisasi harus bisa menunjukan gambaran yang akan dicapai di masa depan dengan jelas. Pernyataan misi organisasi harus tetap valid pada 20 tahun mendatang sama seperti kondisi sekarang.
c. Focus on the present
Pernyataan misi organisasi tidak boleh terlalu berorientasi pada masa depan sehingga kurang bisa fokus pada kondisi organisasi di masa sekarang.
d. Easy to understand
Misi organisasi harus mudah dimengerti. Misi yang mudah dimengerti akan memudahkan mengkomunikasikan misi tersebut kepada anggota organisasi, stakeholder.

2.3 Teknologi
Teknologi atau pertukangan memiliki lebih dari satu definisi. Salah satunya adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai aktivitas manusia, teknologi mulai sebelum sains dan teknik.
Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Akan tetapi, penemuan yang sangat lama seperti roda dapat disebut teknologi.
Definisi lainnya (digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.
Teknologi Informasi dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi dan informasi. Secara mudahnya teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan:
a. lebih cepat
b. lebih luas sebarannya, dan
c. lebih lama penyimpanannya.

Agar lebih mudah memahaminya mari kita lihat perkembangan di bidang teknologi informasi. Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi. Bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu hanya pada saat si pengirim menyampaikan informasi melalui ucapannya itu saja. Setelah ucapan itu selesai, maka informasi yang berada di tangan si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama. Selain itu jangkauan suara juga terbatas. Untuk jarak tertentu, meskipun masih terdengar, informasi yang disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali.
Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada akan bertahan lebih lama. Beberapa gambar peninggalan zaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia sekarang dapat (mencoba) memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya.
Ditemukannya alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian informasi yang lebih efisien dari cara yang sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan angka, seperti MCMXLIII diganti dengan 1943. Teknologi dengan alfabet ini memudahkan dalam penulisan informasi itu. Kemudian, teknologi percetakan memungkinkan pengiriman informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, tv, komputer mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.
Dalam konteks pembangunan ekonomi, terdapat beberapa pergeseran paradigma dalam kaitannya dengan kehadiran dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, antara lain:
1. Kompetisi akan menggantikan monopoli dalam kehidupan bernegara, berorganisasi ataupun berusaha;
2. Desentralisasi akan menggantikan sentralisasi, baik bagi organisasi pemerintah, swasta maupun organisasi masyarakat lainnya;
3. Regulasi fasilitas (enabler) yang jauh lebih longgar akan menggantikan regulasi penghambat (wall) yang dirasakan terlalu ketat dan bertentangan dengan kaidah-kaidah reformasi yang lebih bersifat demokratis dan adil;
4. Ekonomi digital yang diharapkan dapat menciptakan peluang baru bagi pelaku ekonomi kecil dan menengah melalui pemerataan informasi dan jalur distribusi yang lebih adil akan menggantikan ekonomi kapitalistik yang dikuasai oleh konglomerat dan tidak adil;
5. Berubahnya infrastruktur telekomunikasi menjadi infratruktur informasi dengan adanya perkembangan konvergensi teknologi informasi dan komunikasi;
6. Masyarakat yang berbasis materi (material/resource base) akan digantikan oleh masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge base).


Bab 3
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam proses pembuatan Tugas Sistem Informasi Teknologi ini adalah sebagai berikut :
a. Studi Literatur
Penulis mempelajari prinsip dasar Sistem Informasi Teknologi terutama mengenai manajemen,organisasi dan teknologi , baik mulai dari teori hingga pada studi kasus, mempelajari penerapan pada perusahaan,dan mempelajari sistem informasi manajemen di beberapa perusahaan.
b. Identifikasi Masalah
Penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dan menganalisa sistem informasi manajemen khususnya dibidang manajemen, organisasi dan teknologi.
c. Perumusan Masalah
1. Rancangan proses sistem informasi manajemen yang efekti dan efisien.
2. Rancangan batasan-batasan dan input yang diperlukan
3. Penulis menganalisa sistem informasi manajemen.
d. Menentukan Fokus Kajian
e. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang akan dijadikan input sehingga dapat diproses dengan menggunakan integrasian manajemen, organisasi dan teknologi.
f. Pengolahan Data dan Analisis
1. Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap program secara menyeluruh, apakah manajemen, organisasi dan teknologi sudah berjalan efektif dan efisien, sesuai dengan yang diinginkan.
2. Pengujian dilakukan dengan menganalisa proses sistem informasi serta perbandingan dengan sistem tanpa teknologi informasi.

g. Mendeskripsikan Hasil
Hasil analisa dikaji ulang lagi hingga ditemukan kembali sistem informasi manajemen yang terbaik.
h. Kesimpulan dan Rekomendasi
Pada tahap ini juga disusun laporan untuk mendokumentasikan hasil yang dikerjakan pada tugas akhir ini dengan teori penunjangnya


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan iklim tropis dan jumlah penduduk yang besar di Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi industri minuman segar aroma buah, khususnya buah - buahan tropis yaitu jeruk atau mangga. Buah jeruk juga memiliki vitamin dan mineral yang sangat berguna bagi tubuh manusia. Dengan kemajuan teknologi saat ini, untuk memudahkan dalam memperoleh minuman segar aroma buah, PT Nutrifood Indonesia memproduksi minuman serbuk aroma buah Nutri Sari. Nutri Sari merupakan minuman serbuk aroma buah yang sifatnya instant, dengan memiliki berbagai jenis rasa.
PT Nutrifood Indonesia merupakan produsen makanan dan minuman diet terbesar di Indonesia yang berskala menengah. Perusahaan menerapkan sistem Total Quality Management dan Deming Management Philosophy dalam operasinya. Ini terbukti dengan telah diperolehnya sertifikat ISO 9002 pada tahun 1994. Sistem manajemen mutu yang dilakukan perusahaan semakin berkembang pesat dengan dilakukannya perbaikan-perbaikan yang sesuai dengan perkembangan gaya manajemen dan tuntutan pasar.
PT Nutrifood Indonesia merupakan inovator dalam produk - produknya, baik dalam penerapan inovasi produk maupun inovasi teknologi, sehingga menjadikan perusahaan tersebut memiliki pangsa pasar yang tinggi. Dengan penerapan mesin - mesin modern dan cara pengolahan yang inovatif, produksi yang dihasilkan akan lebih meningkat, sehingga dapat menunjang keberhasilan perusahaan. Harapan di atas kadang kala terbentur oleh berbagai masalah atau tidak sesuai harapan. Maka kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan manajemen teknologi (Technoware, Humanware, Infoware dan Orgaware) pada PT Nutrifood Indonesia belum optimal. Untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, produktivitas dan keuntungan, perusahaan perlu mengetahui sampai dimana tingkat teknologi yang dimiliki.
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen teknologi di PT Nutrifood Indonesia pada SBU PT Nutrisari Indonesia dan kajian ini hanya sampai pada tahap pemberian alternatif pengembangan manajemen teknologi di perusahaan sedangkan implementasinya diserahkan pada manajemen PT Nutrifood Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisa deskriptif. Untuk mengkaji posisi perusahaan digunakan analisa internal dan eksternal perusahaan dengan menggunakan alat analisa:
a. Matriks IFE,
b. Matriks EFE
c. Matriks I - E.
Analisa manajemen teknologi menggunakan metode Science and Technological Management Information System (STMIS) terhadap indikator transformasi teknologi, yaitu perangkat teknologi (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware) dan perangkat organisasi (orgaware) serta indikator kemampuan teknologi yaitu kemampuan operatif, kemampuan akuisitif, kemampuan pendukung dan kemampuan inovatif. Data diolah dengan program Minitab for Windows dengan alat analisa Mann Whitney Test dan Chi - Square Test. Untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap strategi teknologi maka digunakan identifikasi SWOT.
Berdasarkan hasil analisa dengan matriks internal - eksternal, diketahui bahwa PT Nutrisari Indonesia terletak pada posisi Pertumbuhan dan Stabilitas. Pada posisi ini strategi tingkat korporat (corporate strategy) perusahaan adalah strategi strategi konsentrasi melalui integrasi horisontal tanpa ada perubahan laba perusahaan. Perusahaan dapat memperluas segmen pasar dengan pengembangan produk melalui inovasi dan diversifikasi produk sehingga skala ekonomi menjadi lebih besar.

Pengkajian indikator transformasi teknologi
Dari hasil pengkajian indikator transformasi teknologi terhadap empat komponen teknologi pada PT Nutrisari Indonesia, diketahui:
a. Tingkat kecanggihan perangkat teknologi untuk menghasilkan produk minuman serbuk aroma buah Nutrisari tergolong antara peralatan khusus, peralatan otomatis sampai dengan peralatan komputer, kondisi ini berbeda nyata dengan harapan perusahaan, yakni peralatan komputer sampai dengan peralatan terintegrasi
b. Tingkat kecanggihan perangkat manusia berada pada tingkat kemampuan mengadaptasi sampai dengan menyempurnakan, kondisi ini tidak berbeda nyata dengan harapan perusahaan yakni kemampuan mengadaptasi, menyempurnakan sampai kemampuan inovasi.
c. Tingkat kecanggihan perangkat informasi, perusahaan telah memiliki kemampuan menspesifikasi fakta, menggunakan fakta sampai menghayati fakta , kondisi ini tidak berbeda nyata dengan kondisi yang diharapkan perusahaan yakni menghayati fakta, menggeneralisasi fakta hingga mengkaji fakta
d. Tingkat kecanggihan perangkat organisasi perusahaan berada pada tahap menstabilkan pola kerja hingga tahap memapankan pola kerja, kondisi ini berbeda nyata dengan harapan perusahaan yaitu memapankan pola kerja hingga menguasai pola kerja unggul.

Komponen dari sistem informasi dari PT Nutrisari Indonesia
Empat komponen dari sistem informasi dari PT Nutrisari Indonesia adalah:
a. Sumber daya manusia
PT. Nutrifood Indonesia divisi Nutrisari memiliki kurang lebih 370 karyawan, yang terdiri dari 14 karyawan manajerial dan 356 karyawan non manajerial. Yang didalamnya terdapat konsumen, karyawan, distributor, supplier, pemegang saham, Pemerintah dan masyarakat umum
a. Sumber daya hardware
a) Mesin : Internet adalah media paling luas informasi dan fakta-fakta perusahaan.
b) Media Cetak : Majalah dan Koran.
c) Melalui layanan Telepon.
d) Surat elektronik kepada tim online.
b. Sumber daya software
Menyediakan situs-situs untuk masyarakat umum agar kita dengan lebih mudah mencari dan mengetahui informasi dalam perusahaan NutriSari. Nurtrifood menggunakan cookies dan atau web beacons pd saat nutrifood beriklan di website perusahaan lain. Setiap informasi yg disimpan dengan cara diatur oleh kebijakan privasi ini. Seperti kebanyakan perusahaan, Nutrifood terkadang menggunakan teknologi “cookie” website perusahaan.
c. Sumber daya data
a) Data-data yang terdapat dalam file Perusahaan yang digunakan untuk mengelolah dalam mengembangkan perusahaan tersebut seperti Mengumpulkan data dari file web log ( seperti web browser saudara, system operasi, halaman yang dikunjungi dsb).
b) Database perusahaan tentang undian dan kontes.
c) Sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9002, sertifikasi Halal dari LPPOM-MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia) dan menerapkan GMP (Good Manufacture Process) dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Hasil pengkajian indikator kemampuan teknologi perusahaan memberikan informasi bahwa pada PT Nutrisari Indonesia berada pada posisi diantara sebanding dengan pesaing di Indonesia dan terbaik di Indonesia dalam industri minuman serbuk aroma buah . Posisi ini tidak berbeda nyata dengan harapan perusahaan yaitu terbaik di Indonesia dan sebanding dengan pesaing internasional. Dalam mewujudkan visi misinya menjadi pemimpin pasar di negara berkembang untuk ketegori minuman serbuk diperlukan suatu komitmen dalam peningkatan kemampuan teknologi melalui peningkatan kemampuan operatif, akuisitif, pendukung dan inovatif.
Berdasarkan hasil diatas maka untuk mencapai posisi pertumbuhan dan stabilitas dalam rangka penerapan strategi tingkat korporat (corporate strategy) pada saat ini, integrasi strategi teknologi dan strategi bisnis yang perlu dikembangkan pada PT Nutrisari Indonesia adalah strategi pengikut teknologi tinggi (technology follower strategy) dengan strategi unggul mutu dan unggul segmen pasar.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
PT Nutrifood Indonesia merupakan inovator dalam produk - produknya, baik dalam penerapan inovasi produk maupun inovasi teknologi, sehingga menjadikan perusahaan tersebut memiliki pangsa pasar yang tinggi. Dengan penerapan mesin - mesin modern dan cara pengolahan yang inovatif
Untuk mengkaji posisi perusahaan digunakan analisa internal dan eksternal perusahaan dengan menggunakan alat analisa Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks I - E.
Dari hasil pengkajian indikator transformasi teknologi terhadap empat komponen teknologi pada PT Nutrisari Indonesia, diketahui Tingkat kecanggihan perangkat teknologi , Tingkat kecanggihan perangkat manusia, Tingkat kecanggihan perangkat informasi, Tingkat kecanggihan perangkat organisasi perusahaan
Pada saat ini, integrasi strategi teknologi dan strategi bisnis yang perlu dikembangkan pada PT Nutrisari Indonesia adalah strategi pengikut teknologi tinggi (technology follower strategy) dengan strategi unggul mutu dan unggul segmen pasar.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran-saran yang diberikan untuk perusahaan PT Nutrifood Indonesia SBU PT Nutrisari Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan strategi konsentrasi melalui integrasi horisontal tanpa ada perubahan laba perusahaan.
2. Penerapan manajemen teknologi melalui peningkatan dan pemanfaatan seoptimal mungkin komponen - komponen teknologi yang dimiliki perusahaan dengan prioritas pada perangkat teknologi dan perangkat organisasi serta memberdayakan semua sumber daya perusahaan.
Beberapa saran untuk perusahaan dalam rangka peningkatan manajemen teknologi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan dan meningkatkan penggunaan perangkat teknologi melalui, pembentukan komitmen mengenai schedule dalam maintenance antara Production Department dengan Repair and Maintenance Department sehingga kesiapan mesin selalu terjamin.
2. Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia melalui upaya mengintensifkan pelatihan - pelatihan sehingga keahlian karyawan dapat lebih merata.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan perangkat informasi melalui upaya melakukan training terhadap user perangkat informasi sehingga output yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang diharapkan.
4. Perangkat organisasi yang ada diberdayakan dan disempurnakan melalui kajian mengenai struktur dan perilaku organisasi guna peningkatan dan pengembangan kinerja organisasi yang lebih efisien dan efektif dalam mencapai pola kerja unggul.

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

KELOMPOK VI (ENAM)
Miki hermanto (048403010001)
Nanda Perkasa (080403010023)
Ernaya R.D (096403010001)

ABSTRAK
MOHAMMAD ROMADHONI 0500920038.PROGRAM STUDI DIPLOMA III
MANAJEMEN INFORMATIKA DAN TEKNIK KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Sejak masa revolusi industri hingga sekarang, masalah polusi udara tidak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Polusi udara yang membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia khususnya ditimbulkan oleh tersebarnya gas-gas beracun dan tidak berbau, seperti karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Gas-gas tersebut terbentuk akibat pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil. Untuk mengetahui hasil dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar, diperlukan sebuah alat yang dapat mendeteksi adanya gas-gas beracun tersebut. Masalah tersebut yang melatarbelakangi pembuatan “Perancangan dan pembuatan alat uji emisi kendaraan bermotor berbasis mikrokontroler AT89S51”.
Perancangan dan pembuatan alat uji emisi ini menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan ADC 0808 sebagai komponen utama. TGS 2201 - Sensor Pendeteksi Gasoline (Hidrokarbon), TGS 813 - Sensor Combustible Gas serta TGS 2442 Sensor Carbon Monoksida digunakan untuk mendeteksi adanya inputan. Dari inputan tersebut kemudian diproses untuk mengaktifkan sistem output berupa perintah untuk mengirim pesan kepada alat penerima kemudian akan ditampilkan oleh LCD.
Dengan adanya alat ini yang diharapkan seseorang lebih mudah untuk melihat prosentase beberapa gas yang telah dikeluarkan oleh knalpot kendaraan bermotor. Sehingga seseorang dapat mengetahui bagaimana hasil pembakaran dari kendaraan bermotor miliknya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Permasalahan polusi udara yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor dan cerobong asap industri masih menjadi perbincangan hangat sampai saat ini. Polusi udara yang membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia khususnya ditimbulkan oleh tersebarnya gas-gas beracun dan tidak berbau, seperti karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Gas-gas tersebut terbentuk akibat pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil. Usaha pengendalian pencemaran gas beracun tersebut telah dilakukan dengan memperbaiki kinerja mesin pembakar dan kontrol proses pembakaran. Pengontrolan proses pembakaran akan berjalan dengan baik bila menggunakan sensor gas sebagai komponen penting untuk mengetahui keberadaan dan konsentrasi gas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 70 persen penduduk kota di dunia pernah sesekali menghirup udara yang tidak sehat, sedangkan 10 persen lain menghirup udara yang bersifat "marjinal". WHO telah membuktikan bahwa karbon monoksida yang secara rutin mencapai tingkat tak sehat di banyak kota dapat mengakibatkan kecilnya berat badan janin, meningkatnya kematian bayi dan kerusakan otak, bergantung pada lamanya seorang wanita hamil menghirup polutan, dan bergantung pada kekentalan polutan di udara. Nitrogen oksida yang terjadi ketika panas pembakaran menyebabkan bersatunya oksigen dan nitrogen yang terdapat di udara memberikan berbagai ancaman bahaya. Zat nitrogen oksida ini sendiri menyebabkan kerusakan paru-paru. Hidrokarbon kadang-kadang disebut sebagai senyawa organik yang mudah menguap ("volatile organic compounds/VOC"), dan juga sebagai gas organik reaktif ("reactive organic gases/ROG"). Hidrokarbon merupakan uap bensin yang tidak terbakar dan produk samping dari pembakaran tak sempurna. Jenis-jenis hidrokarbon lain, yang sebagian menyebabkan leukemia, kanker, atau penyakit-penyakit serius lain, berbentuk cairan untuk cuci-kering pakaian sampai zat penghilang lemak untuk industri. ( Sumber : http://jakarta.usembassy.gov )
Untuk itu pada tugas akhir kali ini dibuat sebuah alat yang dapat mendeteksi besarnya gas polutan yang dihasilkan dari knalpot kendaraan bermotor. Hal ini dapat berfungsi agar seseorang dapat mengetahui apakah proses pembakaran pada kendaraan bermotor miliknya terjadi dengan sempurna atau tidak, karena salah satu penyebab terjadinya polusi adalah pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor. Dengan pencegahan dini seperti ini, kita dapat mengurangi polusi udara yang terjadi di sekitar kita.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari perancangan dan pembuatan tugas akhir ini diantaranya adalah bagaimana cara merancang dan membuat alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi besarnya kandungan gas yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, bagaimana cara membuat agar ketiga sensor yang digunakan dapat bekerja sesuai dengan fungisnya, bagaimana cara menampilkan hasil dari sensor pada sebuah LCD.

1.3 Batasan Masalah
Untuk mengarahkan pokok bahasan agar lebih fokus, maka dalam penulisan tugas akhir ini dilakukan pembatasan pada pokok bahasan yaitu hanya mendeteksi gas yang dapat terdeteksi oleh sensor yang digunakan, tidak membahas secara rinci gas apa saja yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, tidak membahas tentang proses pembakaran pada kendaraan bermotor.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk merancang dan membuat alat yang dapat berfungsi untuk mendeteksi besarnya prosentase gas polutan pada asap kendaraan bermotor.

1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah untuk memberikan kemudahan dalam melihat prosentase beberapa gas yang telah terdeteksi oleh alat tersebut. Sehingga seseorang dapat mengetahui bagaimana hasil pembakaran dari kendaraan bermotor miliknya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Polusi Udara
Penggunaan kendaraan bermotor menyebabkan lebih banyak polusi udara daripada kegiatan lainnya, menimbulkan hampir setengah oksida nitrogen yang diakibatkan perbuatan manusia, dua pertiga karbon monoksida, dan setengah hidrokarbon di kota-kota industri, di samping hampir seluruh timah di udara di negara-negara berkembang. Jadi, prioritas utama bagi program pengendalian pencemaran adalah kendaraan bermotor. Kecuali di kota-kota yang sarana transportasi utamanya masih sepeda dan jalan kaki, hampir tidak mungkin memerangi pencemaran udara tanpa "menyerang" pipa knalpot sepeda motor/skuter, mobil, truk, dan bus. Bahkan di kota-kota yang masih "didominasi" oleh sepeda, jumlah mobil kini semakin meningkat. Lebih dari 500 juta mobil dan kendaraan umum kini memadati jalan-jalan dunia, 10 kali lipat lebih jumlah pada 1950. Menurut proyeksi terbaru, jumlah kendaraan di dunia akan bertambah dua kali lipat dalam 40 tahun mendatang, sampai kira-kira satu miliar.
Di daerah-daerah yang masih menggunakan bensin bermuatan timah, salah satu strategi pengendalian pencemaran yang paling efektif adalah sama sekali melarang penggunaan zat aditif tersebut, atau menurunkan secara tajam tingkat yang diperbolehkan dalam bensin. Pilihan lain adalah "mengoksigenasi" bahan bakar tersebut dengan menambahkan alkohol. "Gasohol" (bensin dan alkohol) semacam itu terbakar lebih sempurna, dan dengan demikian menurunkan emisi karbon monoksida. Bahan bakar diesel dengan tingkat sulfur yang diturunkan mengeluarkan sulfur dioksida dan polutan lain yang lebih sedikit.
Pilihan lain yang lebih baik adalah alternatif non-petroleum seperti metanol, etanol, gas alam yang dimampatkan atau gas petroleum cair, hidrogen atau baterai listrik, karena bahan-bahan tersebut sama sekali menghapus pencemaran oleh pipa knalpot. (Sumber : http://www.usembassyjakarta.org/ptp/udarakt2.html)

2.2 Analog to Digital Converter (ADC)
Sistem mikroprosesor hanya dapat mengolah (memproses) data dalam bentuk biner saja, atau lebih sering disebut besaran digital, oleh sebab itu setiap data analog yang akan diproses oleh mikrokomputer harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk kode biner (digital). Tegangan analog yang merupakan masukan dari ADC berasal dari transducer. Tranducer inilah yang mengubah besaran kontinue menjadi tegangan listrik. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh transducer yang berubah secara kontinyu pada suatu range tertentu disebut tegangan analog, dan tegangan analog ini diubah oleh ADC menjadi bentuk digital yang sebanding dengan tegangan analognya. (http://newserver.eepis-its.edu)
ADC adalah suatu rangkaian yang mengkonversikan sinyal analog menjadi sinyal digital. Ada beberapa jenis rangkaian ADC antara lain Servo ADC, Successive Approximation dan Parallel Converter.
Keluaran dari sensor masih berupa besaran analog. Untuk itu diperlukan sebuah komponen ADC yang berfungsi untuk mengubah besaran analog tersebut menjadi besaran digital, agar selanjutnya dapat diproses oleh mikrokontroler. ADC adalah komponen untuk mengubah sinyal listrik analog menjadi sinyal diskrit, yang diwakili oleh susunan bit-bit kombinasi tertentu. Komponen ini bertugas untuk membantu komputer dalam pengambilan data analog, karena komputer hanya bekerja dalam domain digital, yang hanya mampu membaca sinyal diskrit saja, sedangkan banyak sistem yang ada di luar memakai sistem analog, sehingga sinyal analog harus diubah dulu ke dalam bentuk digital. Komponen konverter A/D yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah ADC 0808 buatan semikonduktor. Resolusi ADC mengacu pada jumlah bit dalam keluaran biner ADC.
Multiplexer memiliki 8 buah saluran masukan analog yang akan dikonversikan ke dalam bentuk digital. Dari 8 buah saluran yang masuk akan dipilih salah satu secara bergantian sesuai dengan logika kontrol yang diberikan untuk dikonversikan.
Address Latch dan Decoder berfungsi untuk mengendalikan multiplexer, dimana kombinasi 3 bit alamat tersebut akan menunjuk salah satu dari 8 saluran analog untuk dikonversikan. Sinyal alamat berupa 3 bit alamat A, B, C dan ALE yang berfungsi memberi tanda bahwa kombinasi ketiga saluran alamat suatu keluaran adalah sah.
Converter merupakan bagian inti dari suatu ADC yang terdiri dari comparator, SAR (Successive Approximation Register), yang berfungsi sebagai pengubah sinyal analog menjadi sinyal digital yang proporsional.
Three State Buffer merupakan tempat untuk menyimpan data sementara yang dihasilkan oleh SAR.
Adapun urutan sinyal-sinyal ADC 0808 selama sebuah siklus pengubahan sinyal analog ke digital adalah sebagai berikut :
1.Sinyal clock, digunakan oleh ADC untuk proses internal dengan frekuensi yang dapat dipilih antara (10 – 1280) KHz.
2.Sinyal analog yang hendak dikonversikan pada salah satu saluran harus tersedia dengan harga konstan selama minimal 8 periode clock.
3.Sinyal alamat 3 bit yaitu Add A, Add B, dan Add C dipilih sesuai dengan saluran input yang hendak dikonversikan (IN 0 - IN 7).
4.Sinyal ALE untuk mengesahkan sinyal alamat, aktif tinggi.
5.Sinyal SC diaktifkan pada keadaan high, dengan demikian sebuah siklus pengubahan akan dimulai dan berlangsung selama 8 periode clock.
6.Sinyal EOC merupakan sinyal keluaran yang akan dikirim oleh ADC sebagai tanda bahwa sebuah proses pengubahan telah selesai.
7.Sinyal OE diaktifkan agar 8 bit data hasil konversi dapat diambil melalui jalur data.
2.2.1.Konfigurasi Pin-Pin ADC 0808
Sedangkan deskripsi fungsional dari masing-masing pin out ADC 0808 di atas adalah sebagai berikut :
1.IN 0 – IN 7
Merupakan jalur masukan analog 8 buah channel yang tersusun secara multipleks. Kanal ini dapat dipilih sewaktu-waktu untuk dikonversikan ke sinyal digital hanya dengan mengkombinasi 3 bit pendekode alamat Add A,Add B,Add C).
2.Add A, Add B, Add C
Merupakan sinyal masukan, yang berfungsi untuk mendekodekan alamat masukan analog 8 jalur. Kombinasi dari sinyal-sinyal pada pin ini menentukan masukan analog (channel) mana yang valid untuk dikonversi.
3.ALE (Address Latch Enable)
Merupakan sinyal masukan yang digunakan untuk menyatakan bahwa alamat masukan analog yang dipilih adalah valid.
4.SC (Start Conversion)
Merupakan sinyal masukan aktif tinggi yang digunakan untuk memulai proses konversi sinyal analog terpilih.
5.EOC (End Of Conversion)
Merupakan sinyal keluaran, sinyal pada pin ini akan berlogika tinggi, jika proses konversi telah selesai dilakukan.
6.OE (Output Enable)
Merupakan sinyal masukan aktif tinggi yang digunakan untuk mengirim data digital hasil konversi.
7.D0 – D7
Merupakan jalur data digital 8 bit hasil konversi, D0 merupakan LSB dan D7 merupakan MSB.
8.Ref (+) dan (-)
Merupakan pin untuk memberikan referensi tegangan yang boleh masuk ke pin IN 0 – IN 7 yang pengaturan besarnya sesuai dengan yang kita inginkan. Untuk ref(-) dihubungkan langsung ground dan ref(+) dihubungkan dengan referensi tegangan positif. Besarnya tegangan referensi ini menentukan besarnya harga LSB. Misal ref(-) = ground dan ref(+) = 5V, maka LSB = (5-0) V / 255 = 19,608 mv.
9.Clock
Merupakan pin untuk memasukkan clock (pembangkit pulsa). Range frekuensinya adalah antara (10 – 1280) KHz. Frekuensi pulsa clock optimal ADC 0808 adalah 640 KHz.

2.3. Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler merupakan suatu komponen elektronika yang didalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, memori (RAM/ROM) dan I/O atau biasa disebut single chip microcomputer. Pada mikrokontroler sudah terdapat komponen–komponen mikroprosesor dengan bus–bus internal yang saling berhubungan. Diantaranya yaitu : RAM, ROM, timer, I/O paralel dan serial, dan interrupt kontroler (A.E. Putra, 2002).
Pada dasarnya mikrokontroler adalah terdiri dari mikroprosesor, timer dan counter, perangkat input/output, dan internal memori. Mikrokontroler juga mempunyai fungsi yang sama dengan mikroprosesor yaitu untuk mengontrol suatu kerja dari suatu sistem. Di dalam mikrokontroler juga terdapat CPU, ALU, Program Counter(PC), Stack Pointer(SP), dan register-register seperti dalam mikroprosesor, tapi juga ditambah dengan perangkat-perangkat lain seperti ROM, RAM, PIO, SIO, Counter dan sebuah rangkaian clock.
AT89S51 adalah mikrokontroler keluaran Atmel dengan 4Kbyte Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) teknologi non volatile memori, isi memori tersebut dapat diisi ulang ataupun dihapus berkali-kali. AT98S51 Mempunyai memori dengan berstandar MCS-51 code sehingga memungkinkan mikrokontroler ini untuk bekerja dalam mode single chip operation (mode operasi keping tunggal) yang tidak memerlukan external memory (memori luar) untuk menyimpan source code tersebut.
MCS – 51 Family merupakan keluarga mikrokontroler 8 bit.
2.3.1. Arsitektur dan Organisasi Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 terdiri dari sebuah Control Prosessing Unit (CPU), 2 jenis memori data (RAM) dan memori program (ROM), port input/output dengan programmable pin secara independen, dan register-register mode, status, internal timer dan counter, serial communication dan serta logika random yang diperlukan oleh berbagai fungsi periperal.
Mikrokontroler AT89S51 termasuk salah satu jenis mikrokontroler keluarga MCS-51 yang dikemas dalam kemasan standar DIL (Dual In Line) 40 pin yang mempunyai konfigurasi tersendiri. Mikrokontroler AT89S51 memiliki konfigurasi sebagai berikut:
1.Sebuah Central Processing Unit ( CPU ) 8 bit.
2.Program Counter ( PC ) dan data pointer (DPTR) 16 bit.
3.Program Status Word ( PSW ) 8 bit.
4.Stack Pointer ( SP ) 8 bit.
5.ROM internal 4K byte ( on chip ).
6.RAM internal 128 byte ( on chip), terdiri dari:
a.4 register bank masing-masing 8 register.
b.16 byte yang dapat dialamati pada bit level.
c.80 byte data memori general purpose.
d.Empat buah programable port, masing-masing terdiri dari 8 buah jalur inout/output ( I/O ).
e.Dua buah timer / counter 16 byte.
f.Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART.
g.Lima buah jalur interupt (2 buah jalur ekseternal dan 3 buah jalur internal)
7.Kemampuan melaksanakan operasi perkalian, pembagian dan operasi boolean.
Kecepatan pelaksanaan instruksi / siklus µs pada frekuensi clock 12 Mhz.
8 bit CPU (Central Processing Unit) dengan register A dan register B.
16 bit Program Counter (PC) dan data Pointer (DPTR).

2.3.2. Konfigurasi Pin-Pin Mikrokontroler
Konfigurasi mikrokontroler AT98S51 digolongkan menjadi pin-pin sumber tegangan, pin isolator, pin kontrol, pin input/output untuk proses interupsi luar. Adapun fungsi-fungsi dari pin MCU AT89S51 berdasarkan gambar di atas adalah (Anonymous, 1997) :
a.VCC (pin 40) dan VSS (pin 20)
Vcc merupakan pin positif sumber tegangan 5 volt DC dan Vss yaitu pin grounding sumber tegangan.
b.P0.0 – P0.7 / AD0 – AD7 (Port 0.0 - 0.7 / Address 0 - 7)
Port 0 merupakan port intput/output 8 bit full duplex. Port ini dapat digunakan sebagai multipleks bus ke alamat rendah dan bus data selama adanya akses memori program atau data luar. Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

c.Port 1.0 – 1.7
Merupakan port intput/output 8 bit full duplex setiap pin dapat digunakan sebagai masukan atau keluaran tanpa tergantung dari pin yang lain. Sebagai output dapat mengendalikan 4 buah beban input TTL.
d.Port 2.0 – 2.7 / Address 8 – 15
Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori secara 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari port 2 Special Function Register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat mengendalikan 4 beban TTL.
e.Port 3.0 – 3.7
Sebagai I/O biasa port 3 mempunyai sifat sama dengan port 1 dan port 2. Sedangkan sebagai fungsi spesial port ini mempunyai keistemewaan yaitu:
P3.0 (RxD) : masukan penerima data serial
P3.1 (TxD) : keluaran pengirim data serial
P3.2 (INT 0) : port eksternal interupsi 0
P3.3 (INT 1) : port eksternal interupsi 1.
P3.4 (T 0) : masukan eksternal waktu/pencacah 0
P3.5 (T 1) : masukan eksternal waktu/pencacah 1
P3.6 (WR) : strobe penulisan memori data eksternal
P3.7 (RD) : strobe pembacaan memori data eksternal
f.RST (pin 9) / reset
Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle. Perubahan taraf tegangan dari rendah ke tinggi akan mereset mikrokontroler.
g.ALE/PROG ( pin 30)
Pin ini berfungsi sebagai Address Latch Enable (ALE) yang melatch low byte address pada saat mengakses memori eksternal.
h.PSEN (Program Strobe Enable) / pin 29
Pin yang berfungsi menghubungkan memori program eksternal dengan bus selama operasi normal. PSEN akan aktif dua kali setiap cyle.
i.EA/Vpp (pin 31)
Merupakan pin pengontrol pokok pada mikrokontroler. Aktif pada posisi rendah. Pada saat Flash Programming pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.
j. XTAL 1 (pin 19)
Merupakan masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi. Pin ini dihubungkan dengan kristal/sumber osilator dari luar.
l.XTAL 2 (pin 18)
Merupakan keluaran dari penguat osilator. Pin ini dihubungkan dengan kristal/ground jika menggunakan sumber kristal internal.
2.3.3. Organisasi Memory MCU AT89S51
Organisasi memori mikrokontroler AT89S51 dapat dibagi menjadi 2 bagian yang berbeda, yaitu memori program dan memori data. Pembagian itu berdasarkan fungsinya dalam penyimpanan data atau program. Memori program digunakan untuk instruksi yang akan dijalankan oleh mikrokontroler. Sedangkan memori data digunakan sebagai tempat penyimpanan data-data yang akan diakses oleh mikrokontroler.
Untuk pemisahan memori program dan memori data dapat dilakukan dengan memakai memori data pada 8 bit dan 16 bit yang dihasilkan melalui DPTR. Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 5 buah ruang alamat yaitu :
Ruang alamat kode sebanyak 64 Kbyte, yang semuanya merupakan ruang alamat kode eksternal (off-chip).
Ruang alamat data internal yang dapat dialamati secara langsung seperti RAM sebanyak 128 byte dan hardware register sebanyak 128 byte.
Ruang data internal yang dialamati secara tak langsung sebanyak 128 byte.
Ruang alamat data eksternal 64 byte yang dapat ditambahkan oleh pemakai.
Ruang alamat bit, dapat diakses dengan pengalamatan secara langsung.
2.3.4. SFR ( Special Function Register)
Register fungsi khusus ( Special Function Register ) terletak pada 128 byte bagian atas memori data internal dan berisi register-register untuk pelayanan latch port, timer, program status words, control peripheral dan sebagainya.
Accumulator (ACC) merupakan register untuk penambahan dan pengurangan. Perintah mnemonic untuk mengakses akumulator disederhanakan sebagai A.
Register B merupakan register khusus yang berfungsi melayani operasi perkalian dan pembagian.
Stack Pointer (SP) merupakan register 8 bit yang dapat diletakkan dialamat manapun pada RAM internal.
Data Pointer (DPTR) terdiri dari dua register, yaitu untuk byte tinggi (Data Pointer High, DPH) dan byte rendah (Data Pointer Low, DPL) yang berfungsi untuk mengunci alamat 16 bit.
P 0 sampai P 3 merupakan register yang berfungsi untuk membaca dan mengeluarkan data pada port 0,1,2,3. Masing-masing register ini dapat dialamati per-byte maupun per-bit.
Control Register terdiri dari register yang mempunyai fungsi kontrol. Untuk mengontrol sistem interupsi, terdapat dua register khusus, yaitu register IP (Interupt Priority) dan register IE (Interupt Enable). Untuk mengontrol pelayanan timer/counter terdapat register khusus, yaitu register TCON
(Timer/Counter Control) serta pelayanan port serial menggunakan register SCON ( Serial Port Control ).

2.3.5. Sistem Interupsi
Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 5 buah sumber interupsi yang dapat membangkitkan permintaan interupsi, yaitu INT0, INT1, T1, T2 dan port serial.
Mikrokontroler secara otomatis akan menuju ke subrutin pada alamat tersebut saat terjadi interupsi. Setelah interupsi selesai dikerjakan, mikrokontroler akan mengerjakan program semula. Tiap-tiap sumber interupsi dapat enable atau disable secara software.
Tingkat prioritas semua sumber interupt dapat diprogram sendiri-sendiri dengan set atau clear bit pada (Interrupt Priority). Jika dua permintaan interupsi dengan tingkat prioritas yang berbeda diterima secara bersamaan, permintaan interupsi dengan prioritas tertinggi yang akan dilayani. Jika permintaan interupsi dengan tingkat prioritas yang sama diterima bersamaan, akan dilakukan polling untuk menentukan mana yang akan dilayani. Bit-bit pada IP adalah sebagai berikut :

Priority bit = 1 menandakan prioritas tinggi
Priority bit = 0 menandakan prioritas rendah
Simbol Posisi Fungsi
_ IP.7 Kosong
_ IP.6 Kosong
_ IP.5 Kosong
PS IP.4 Bit prioritas interupsi port serial
PT1 IP.3 Bit prioritas interupsi port Timer 1
PX1 IP.2 Bit prioritas interupsi eksternal 1
PT0 IP.1 Bit prioritas interupsi port Timer 0
PX0 IP.0 Bit prioritas interupsi eksternal 0

Priority bit = 1 menandakan prioritas tinggi
Priority bit = 0 menandakan prioritas rendah
Simbol Posisi Fungsi
_ IE.7 Kosong
_ IE.6 Kosong
_ IE.5 Kosong
PS IE.4 Bit aktivasi interupsi port serial
PT1 IE.3 Bit aktivasi interupsi port Timer 1overflow
PX1 IE.2 Bit aktivasi interupsi eksternal 1
PT0 IE.1 Bit aktivasi interupsi port Timer 0 overflow
PX0 IE.0 Bit aktivasi interupsi eksternal 0
(Sumber : Belajar Mikrokontroller AT89C51/52/55)

2.4. LCD (Liquid Cristal Display)
LCD merupakan komponen elektronika yang digunakan untuk menampilkan suatu karakter baik itu angka maupun karakter tertentu, sehingga tampilan tersebut dapat dilihat secara visual. Pemakaian LCD ini banyak digunakan karena daya yang dibutuhkan relatif kecil, selain itu dapat menampilkan angka, huruf atau simbol dan karakter tertentu meskipun pada komponen ini dibatasi sumber cahaya eksternal/internal, suhu dan life time.
Untuk tampilan dalam Laporan Akhir ini, digunakan LCD M1632 Tampilan jenis ini tersusun dari dot matriks dan dikontrol oleh ROM / RAM generator karakter dan RAM data display. Semua fungsi display dikontrol dengan instruksi dan LCD dapat dengan mudah diantarmukakan (interface) dengan mikrokontroler unit.
karakteristik dari LCD M1632 antara lain 16 x 2 karakter dengan 5 x 7 dot matriks, ROM generator karakter dengan 192 tipe karakter, RAM generator karakter dengan 8 type karakter ( untuk program write), 80 x 8 bit RAM data display dengan 80 karakter maksimal, Dapat diantarmukakan (interface) dengan MPU 4 atau 8 bit, RAM data dan RAM generator karakter dapat dibaca dari MPU, Rangkaian oscilator terpadu, Catu daya tunggal + 5 Volt, Reset otomatis. (Seiko Instrumets Inc, 1987)
Adapun untuk menampilkan karakter yang ada dilakukan dengan cara memberikan kode karakter untuk tiap – tiap karakter yang diinginkan pada bus data dan dengan menggunakan sinyal kontrol E, RS dan R/W .

2.5. TGS 2201- Sensor Pendeteksi Gasoline (Hidrokarbon)
Unsur sensor TGS 2201 terdiri atas suatu lapisan semi konduktor oksida-logam yang terbentuk pada suatu oksida aluminium substrate. Bila didekatkan pada suatu gas, daya konduksi sensor akan berubah tergantung pada konsentrasi gas yang ada di udara. Suatu electrical circuit yang sederhana dapat mengkonversi perubahan tersebut kedalam daya konduksi sebagai output (hasil keluaran) sesuai dengan konsentrasi gas. TGS 2201 berisi dua buah sensor pada satu substrate dan menghasilkan output yang berfungsi untuk merespon/mendeteksi diesel exhaust gases dan gasoline (Hidrokarbon). (Sumber : www.figarosensor.com )

2.6.TGS 813 - Sensor Combustible Gas
Suatu kadar gas CO yang berlebihan pada suatu tempat sangat berbahaya bagi kita. Peningkatan konsentrasi diatas 880 ppm, yakni 0.08% adalah berbahaya untuk manusia. Dengan pertimbangan tersebut maka dibuatlah peralatan untuk pendeteksian gas.
Di dalam dunia teknis ada suatu sensor yang dapat mendeteksi gas lebih dari satu jenis. Sensor tersebut dapat mendeteksi gas metana, hidrokarbon, hidrogen dan karbon monoksida. Sensor tersebut dapat dihubungkan pada suatu peralatan mikrokontroler agar hasilnya dapat ditampilkan secara visual.
Menurut data katalog, sensor TGS 813 digunakan untuk mendeteksi konsentrasi gas yang mempunyai fitur sensitif nonlinear (di sajikan dalam skala logaritma) serta bergantung pada temperatur dan kelembaban Lingkungan. Diketahui : R0 = resistansi sensor dalam 1000 ppm gas metana, R = resistansi sensor pada gas yang berbeda (selain gas metana). (Sumber : www.figarosensor.com )

2.7.TGS 2442 Sensor Carbon Monoksida
TGS 2442 menggunakan suatu struktur sensor berlapis-lapis. Suatu lapisan kaca yang berfungsi untuk untuk isolasi yang berkenaan dengan panas adalah terbuat dari ruthenium oxide (RuO2) heater dan alumina substrate. Sepasang Au Electroda dibuat dan diletakkan pada suatu alat penyekat isolasi yang tahan terhadap panas. Pada lapisan sensor gas, yang mana terbuat dari dioksida timah (SnO2), dibuat pada suatu lapisan sekatan elektris yang dilindungi oleh alat anti panas. Sepasang Au Electroda berfungsi untuk mengukur resistansi sensor yang terbentuk pada electrical insulator. Arang (charcoal) yang diaktifkan diisi antara tutup yang dalam dan tutup yang luar untuk kepentingan mengurangi pengaruh suara yang disebabkan oleh gas.
TGS 2442 menampilkan seleksi yang bagus untuk mendeteksi gas karbon monoksida, sangat cocok apabila dibuat untuk mengawasi/memonitoring keberadaan gas CO. pada pendeteksian gas CO, peningkatan daya konduksi sensor tergantung pada konsentrasi gas di udara. Suatu operasi perubahan pulsa elektrik yang sederhana pada satu detik perubahan siklus voltage dapat mengkonversi perubahan pada daya konduksi untuk suatu sinyal keluaran yang sesuai dengan konsentrasi gas.
BAB III
PERANCANGAN ALAT

Untuk dapat menghasilkan rangkaian yang dapat bekerja secara optimal maka kita harus memahami karakteristik komponen utama dan konsep kerjanya dalam suatu rangkaian. Alat yang dirancang ini berfungsi untuk mendeteksi presentase gas-gas yang terdapat pada asap kendaraan bermotor. Perancangan alat ini terdiri dari perancangan hardware dan perancangan software. Perancangan hardware terdiri dari perancangan sensor gas, perancangan ADC, perancangan MKU, dan perancangan display LCD. Sedangkan perancangan software terdiri dari perancangan software pengontrol MKU.
3.1Prinsip Kerja Blok Diagram Perancangan Alat
Untuk merencanakan suatu alat diperlukan bagian–bagian pendukung. Untuk itu dibuat suatu diagram blok untuk perancangan alat uji emisi pada kendaraan bermotor.
3.1Perancangan Sensor Gas
Perancangan Sensor gas terdiri dari 3 buah sensor yang bertugas mendeteksi jenis-jenis gas. Sensor tersebut terdiri dari sensor TGS 201 yang mendeteksi Gasoline, TGS 813 yang mendeteksi combustible gas dan TGS 2442 yang mendeteksi karbon monoksida.
3.1Perancangan ADC
Rangkaian ADC berfungsi untuk merubah nilai tegangan analog dari sensor, menjadi bentuk digital 8 bit data. Pada perancangan kali ini digunakan ADC dengan tipe 0808 yang dapat merubah tegangan analog dari 0 V – 5 V kedalam nilai digital dari 0 – 255 (28 –1). ADC ini memiliki 8 buah inputan analog
3.1Perancangan MKU
Rangkaian MKU berfungsi untuk melakukan kontrol keseluruhan alat. Rangkaian MKU ini akan mengendalikan ADC untuk dapat membaca masing-masing sensor secara bergantian. Data dari sensor ini akan diolah pada mikrokontroller sehingga didapatkan prosentase dari setiap gas. Prosentase tiap gas ini akhirnya di tampilkan pada LCD.
3.1Perancangan Display LCD
Pada perancangan display digunakan sebuah LCD M1632 yang merupakan dot matrik LCD . LCD ini dapat menampilkan 16 kolom X 2 baris karakter. Perancangan hardware dari penggunaan LCD tersebut adalah sebagai berikut :
Delapan bit P0 mengontrol pin data dari LCD yang juga terdiri dari 8 bit data. Pin Enable, dan RS masing-masing akan dikontrol melalui Port P2.7, P2.6

BAB IV
PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini akan dibahas pengujian alat dengan tujuan untuk mengetahui sistem kerja alat yang telah dibuat dan mengetahui apakah alat tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Pengujian dilakukan pada masing-masing komponen pendukung serta program dari alat ini.
Pengujian ini meliputi pengujian sistem mikrokontroler AT89S51 sebagai penyimpan data, koneksi antara LCD dengan mikrokontroler AT89S51, koneksi antara ADC 0808 dengan mikrokontroler AT89S51 serta pengujian sensor gas. Setelah dilakukan pengujian per bagian alat, selanjutnya dilakukan pengujian alat secara keseluruhan untuk melihat hasil akhirnya dan untuk menarik kesimpulan.

4.1. Pengujian LCD
Pengujian LCD dilakukan dengan melihat apakah semua data yang ada dimemori mikrokontroler AT89S51 dapat ditampilkan di LCD. Hal ini dilakukan dengan menekan tombol manual atau auto yang terdapat pada alat, kemudian dari perlakuan tersebut akan muncul hasil output pada LCD berupa angka tertentu (manual) atau angka yang berubah-ubah (auto). Dari pengujian tersebut dapat diketahui apakah LCD sudah terkoneksi dengan baik atau belum.

4.2. Pengujian Sensor
Pengujian sensor ini bertujuan untuk mengetahui berapa nilai yang dihasilkan oleh sensor setelah dikonversi oleh ADC 0808 dan ditampilkan pada LCD. Nilai yang dihasilkan oleh ADC 0808 akan dikalibrasi sesuai dengan standart masing-masing gas yaitu karbon monoksida (CO) dan combustible gas (CG) menggunakan satuan prosentase (%), sedangkan hidrokarbon menggunakan satuan ppm. Setelah dikalibrasi, sensor masing-masing gas akan dapat menghasilkan output berupa angka yang ditampilkan pada LCD dengan satuan masing-masing gas.

4.3. Pengujian Secara Keseluruhan
Pengujian secara keseluruhan dilakukan dengan menggabungkan masing-masing rangkaian atau blok dan menjalankan perangkat lunak (software) yang telah dibuat. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat mampu bekerja sesuai dengan perancangan
Untuk menggunakan alat ini, periksa dulu semua komponen alat apakah sudah terpasang dengan baik atau belum. Setelah semua alat terpasang dengan benar, dekatkan alat pada knalpot kendaraan bermotor. Alat akan melakukan inisialisasi sebentar sebelum menampilkan hasil pendeteksian sensor pada layar LCD. Proses pengujian alat bisa dilakukan apabila alat sudah dapat mendeteksi gas dan menampilkannya pada LCD. Jika gas motor dinaikkan maka nilai yang ada pada LCD akan menurun. Hal ini terjadi karena adanya proses pembakaran pada mesin motor ketika gas dinaikkan. Sehingga gas-gas beracun yang dikeluarkan semakin sedikit. Data yang diambil untuk alat uji emisi ini adalah ketika kendaraan tidak di gas (tetap). Dengan menekan tombol manual maka dapat dilihat hasil dari uji emisi kendaraan tersebut.

4.4. Pembahasan
Dari hasil pengujian diatas, dapat dibuat beberapa analisis yang berkaitan dengan teknik perancangan yang dibuat :
1.ketika alat uji emisi ini didekatkan pada knalpot kendaraan bermotor, sensor tidak dapat langsung menampilkan hasil dari gas yang terdeteksi oleh sensor. Sensor akan melakukan proses inisialisasi terlebih dahulu, setelah itu alat uji emisi ini baru bisa digunakan. Secara otomatis LCD akan menampilkan hasil dari gas yang telah dideteksi oleh sensor .
2.gas-gas beracun yang dikeluarkan oleh knalpot kendaraan bermotor akan mengalami penurunan apabila gas pada kendaraan bermotor tersebut dinaikkan. Hal ini disebabkan karena ketika gas dinaikkan, proses pembakaran terhadap gasoline pada mesin kendaraan bermotor semakin sempurna sehingga sensor hanya dapat mendeteksi sedikit gas-gas yang dikeluarkan oleh knalpot kendaraan bermotor tersebut.
3.proses pengambilan data uji emisi dilakukan pada saat motor tidak di gas (tetap)
1. alat uji emisi berbasis mikrokontroler AT89S51 hanya dapat digunakan untuk mendeteksi gas karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC) dan combustible gas (CG) pada asap kendaraan bermotor. Apabila digunakan untuk mendeteksi gas karbon monoksida (CO) selain yang dihasilkan oleh knalpot kendaraan bermotor, kemungkinan besar sensor tidak dapat mendeteksi gas karbon monoksida tersebut. Hal ini disebabkan karena didalam mikrokontroler AT89S51, sensor sudah dikalibrasi untuk dapat mendeteksi gas CO yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.

BAB V
PENUTUP

Berdasarkan hasil perancangan dan pembuatan alat uji emisi pada kendaraan bermotor ini, dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan
Alat uji emisi pada kendaraan bermotor ini dapat mengukur prosentase karbon monoksida dan combustible gas serta kadar ppm hidrokarbon dari asap knalpot kendaraan bermotor. Perancangan alat ini terdiri dari 3 buah sensor yang dihubungkan ke ADC 0808 yang berfungsi sebagai pengkonversi. Data yg sudah dikonversi akan dimasukkan ke dalam mikrokontroler AT89S51 untuk diprogram lalu ditampilkan pada LCD. Ketika gas motor dinaikkan, maka alat tersebut akan menunjukkan penurunan angka, hal ini terjadi karena adanya proses pembakaran pada mesin motor. Pengambilan data dengan alat ini dilakukan ketika motor dalam keadaan tidak di gas (tetap).

5.2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan untuk pengembangan alat ke depan adalah penggunaan sensor gas yang lebih baik (bermerek) dan lebih lengkap. Selain itu, diharapkan penggunaan ketiga sensor dapat diperluas dan tidak terbatas pada uji emisi kendaraan bermotor. Ketiga sensor tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mendeteksi tingkat polusi udara pada suatu daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Malvino, Barnawi, 1985. Prinsip-Prinsip Elektronika. Erlangga. Jakarta.
Malvino, 1989. Elektronika Digital. Erlangga. Jakarta.
Sutadi, Dwi, 2002. I / O Bus. Andi Offset. Yogyakarta.
Tokheim, R.L., 1996. Prinsip-Prinsip Digital. Erlangga. Jakarta.
Malvino, Albert Paul. 1984, Prinsip-prinsip elektronika, Erlangga, Jakarta.
www.logix4u.net/parallelport1.htm. Diakses: 23 Agustus 2005.
http://www.usembassyjakarta.org/ptp/udarakt2.html. Diakses: 13 Mei 2008
http://newserver.eepis-its.edu. Diakses: 20 Mei 2008
MOHAMMAD ROMADHONI,0500920038.PROGRAM STUDI DIPLOMA III UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG